Senin, 30 Desember 2013

- ARTIKEL MIKROBIOLOGI -

Bakteri Penghasil Kristal Protein sebagai Bioinsektisida
Penggunaan insektisida dalam dunia pertanian merupakan hal yang banyak dilakukan di berbagai penjuru dunia. Hal ini dilakukan untuk menurunkan populasi hama yang ada di lingkungan pertanian agar didapatkan hasil pertanian terbaik. Penggunaan insektisida yang tak terkendali menjadi kekhawatiran berbagai ahli dengan dampak yang mungkin ditimbulkan terutama dari penggunaan insektisida buatan yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat terutama dibidang kesehatan. Oleh karena itu dikembangkan bioinsektisida alternatif yang dapat menurunkan populasi hama di tanah pertanian dengan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan. Dalam hal ini dikembangkanlah bioinsektisida alami dari kelompok bakteri.
Bakteri yang dapat digunakan sebagai bioinsektisida alami yaitu Bacillus thuringiensis (Bt) yang paling terkenal patogen terhadap serangga, kontrol agen sejak tahun 50-an. Bakteri ini tersebar di berbagai tempat pada hampir semua penjuru dunia. Pertama kali dijumpai di Jepang pada tahun 1901, yang membunuh ulat sutera di tempat pemeliharaan. Sepuluh tahun kemudian, di Jerman ditemukan strain baru dari Bt pada larva yang menyerang biji-bijian (serealia) di gudang penyimpanan. Karena strain berikutnya ditemukan di Propinsi Thuringen, maka bakteri ini disebut Bacillus thuringiensis, yaitu nama yang diberikan pada famili bakteri yang memproduksi kristal paraspora yang bersifat insektisidal. Semula bakteri ini hanya diketahui menyerang larva dari serangga kelas Lepidoptera sampai kemudian ditemukan bahwa bakteri ini juga menyerang Diptera dan Koleoptera (Dent, 1993).

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan          : Eubacteria
Filum               : Firmicutes
Kelas               : Bacilli
Ordo               : Bacillales
Famili              : Bacillaceae
Genus              : Bacillus
Spesies            : Bacillus thuringiensis

B. thuringiensis merupakan bakteri gram-positif berbentuk batang. Jika nutrien di mana dia hidup sangat kaya, maka bakteri ini hanya tumbuh pada fase vegetatif, namun bila suplai makanannya menurun maka akan membentuk spora dorman yang mengandung satu atau lebih jenis kristal protein. Kristal ini mengandung protein yang disebut δ-endotoksin, yang bersifat lethal jika dimakan oleh serangga yang peka.
Bakteri ini menghasilkan sejumlah besar protein kristal selama proses sporulasi. Kristal protein dapat dilihat baik dengan mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Hal ini dibentuk dalam sporangium bersama dengan spora dan disebut sebagai parasporal tubuh. Kristal protein ini adalah racun bagi serangga. Sel vegetatif B. thuringiensis dan spora ditemukan pada daun dan tertelan oleh serangga yang memakan daun. Umumnya inang organisme ini adalah larva ngengat dan kupu-kupu (kelas Leptidoptera). Serangga ini memiliki larutan alkali yang beracun dalam ususnya. Racunnya adalah racun saraf yang menyebabkan kelumpuhan dan kematian ulat. Sepertinya, bakteri ini tumbuh pada bangkai inangnya yang telah mati.
Bioinsektisida Bt merupakan 90-95% dari bioinsektisida yang dikomersialkan untuk dipakai oleh petani di berbagai negara. Dengan kemajuan teknologi, gen insektisidal Bt ini telah dapat diisolasi dan diklon sehingga membuka kemungkinan untuk diintroduksikan ke dalam tanaman. Tanaman yang mengekspresikan gen Bt ini dikenal dengan sebutan tanaman transgenik Bt. Tanaman transgenik Bt pertama kali dikomersialkan pada tahun 1995 atau 1996 dan sejak itu luas pertanaman ini meningkat (James, 2000).

Daftar Pustaka
Bahagiawati. Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai Bioinsektisida. pdf. http://www.biogen.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 23 Desember 2013 pukul 12.47 WIB.
Dent, D.R. 1993. The use of Bacilllus thuringiensis as insecticide. In Jones, D.G. (Ed.). Exploition of Microorganisms. Chapman and Hall, p. 19-44.

James, C. 2000. Global review of commercial transgenic crops: 2000. ISAAA Briefs. No. 21: Preview. ISAAA: Ithaca, New York.

9 komentar:

  1. materi yang di sjikan lengkap, bagus. point of order kalau bisa bisa ditambahkan siklus yang berupa gambar untuk mendeskripsikan bagaimana bakteri itu berperan.

    BalasHapus
  2. Bacillus thuringiensis merupakan bakteri penghasil pestisida, Cukup lengkap dan jelas materi nya.

    BalasHapus
  3. alhamdulilah, ada bakteri yang memiliki peran yang besar buat para petani yah :D
    sekedar menambahkan
    Pada saat ini hanya beberapa insektisida biologi yang sudah digunakan dan diperdagangkan secara luas. Mikroba patogen yang telah sukses dan berpotensi sebagai insektisida biologi salah satunya adalah Bacillus thuringiensis (Khetan, 2001). Bacillus thuringiensis var. kurstaki telah diproduksi sebagai insektisida biologi dan diperdagangkan dalam berbagai nama seperti Dipel, Sok-Bt, Thuricide, Certan dan Bactospeine. Bacillus thuringiensis var. Israelensis diperdagangkan dengan nama Bactimos, BMC, Teknar dan Vektobak. Jenis insektisida ini efektif untuk membasmi larva nyamuk dan lalat (Sastroutomo, 1992).

    (Ta'diyah B)

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. artikel yang disampaikan cukup jelas, hanya ingin menambahkan
    Bacillus thuringiensis dapat memproduksi dua jenis toksin, yaitu toksin kristal (Crystal, Cry) dan toksin sitolitik (cytolytic, Cyt). Toksin Cyt dapat memperkuat toksin Cry sehingga banyak digunakan untuk meningkatkan efektivitas dalam mengontrol insekta. Lebih dari 50 gen penyandi toksin Cry telah disekuens dan digunakan sebagai dasar untuk pengelompokkan gen berdasarkan kesamaan sekuens penyusunnya.
    Beriku adalah dampak dari gen Bt dalam ketahanan pangan, yaitu:
    Dampak positif peranan Bacillus thuringiensis
    1. Hasil produksi menigkat sehingga akan mengatasi kelaparan.
    2. Dapat menekan penggunaan pestisida, sehingga menurunkan biaya produksi.
    3. Ketahanan tanaman terhadap hama dan jamur toksin dari Fusarium penyebab pembusukan, dibandingkan dengan tanaman non-Bt yang mengalami kerusakan berat.

    Dampak negatif peranan Bacillus thuringiensis
    1. Dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan pada konsumen akibat adanya bahan kimia yang terdapat dalam tanaman transgenik.
    2. Menimbulkan gangguan pada keseimbangan ekosistem lingkungan yang terdapat tanaman transgenik.
    3. Terjadi persaingan harga tanaman jagung transgenik dan tanaman jagung biasa.
    (http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2012/01/13/peranan-bacillus-thuringiensis-untuk-meningkatkan-ketahanan-pangan-di-indonesia/)

    BalasHapus
  6. banyak sekali peranan positif bakteri , termasuk bakteri ini , Bacillus thuringiensis (Bt) adalah bakteri gram positif yang berbentuk batang, aerobik dan membentuk spora. Banyak strain dari bakteri ini yang menghasilkan protein yang beracun bagi serangga. Sejak diketahuinya potensi dari protein kristal Bt sebagai agen pengendali serangga, berbagai isolat Bt dengan berbagai jenis protein kristal yang dikandungnya telah teridentifikasi.
    (sumber http://endarwati-uny.blogspot.com/2006/08/bakteri-sebagai-biopestisidabioinsecti.html )

    BalasHapus
  7. Artikel Bacillus turingiensis ini sangat menarik, mungkin tambahan ditampilkan data penggunaan bakteri ini pada pertanian Indonesia, apakah sudah diterapkan atau belum? Karena Indonesia adalah negara agraris, yang komoditas utamanya mengandalkan produk dari pertanian.

    BalasHapus
  8. Waahh bagus bgt peranan bakteri ini untuk petani, tapi yang zizi bingung kan namanya bacillus yah, tapi bentuknya mirip kue biji ketapang :p hehe (´̯ ̮`̯ )

    BalasHapus